BOTALU MEDIA INOVASI PEMBELAJARAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA


Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia  adalah menguasai keterampilan berbahasa. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga merupakan sasaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan berbicara dapat berkembang dengan baik apabila didukung oleh keterampilan berbahasa lainnya yaitu, menyimak, membaca dan menulis.
Rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada keterampilan berbicara diharapkan bisa mewadahi kemampuan berbahasa siswa dalam mengembangkan keterampilan berbicara. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga pembelajaran berbicara tercipta kebermaknaan. Pembelajaran yang bermakna ini penting karena memberikan landasan pengetahuan yang kuat pada siswa. Siswa yang diberikan pengalaman belajar yang baik oleh guru akan mempunyai fondasi ilmu yang baik pula untuk meneruskan kejenjang pendidikan selanjutnya.
Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Kegiatan bercerita merupakan bagian dari kemampuan berbicara. Bercerita dapat dipahami sebagai suatu tuturan yang memaparkan/menjelaskan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian, baik yang dialami sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat bertukar pengalaman, perasaan, informasi dan keinginan melalui kegiatan bercerita. Dengan demikian, kegiatan berbicara khususnya bercerita dapat membangun hubungan mental, emosional antara satu individu dengan individu lain.
Bercerita merupakan sebuah keterampilan. Keterampilan akan didapat apabila seseorang selalu melakukan praktek ataupun latihan. Begitu pula halnya dengan keterampilan bercerita siswa memerlukan sebuah latihan dan praktek agar berkembang dengan baik. Karena tanpa adanya latihan dan praktek maka keterampilan bercerita tidak akan dikuasai dengan baik.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada keterampilan bercerita banyak dikenalkan kepada siswa SD hanya melalui teori-teori saja  dan hanya sedikit prakteknya. Pembelajaran juga belum menggunakan metode maupun media yang tepat, sehingga belum dapat mewadahi tumbuhnya keterampilan bercerita. Akibatnya siswa belum mempunyai bekal yang baik dalam keterampilan bercerita. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan siswa kurang  berminat terhadap pembelajaran bercerita.
Pembelajaran keterampilan bercerita yang masih sederhana kurang bisa menumbuhkan keterampilan bercerita pada siswa. Belum digunakannya  media maupun  metode yang bisa menstimulus siswa. Hal demikian menyebabkan siswa kurang tertarik pada proses pembelajaran bercerita. Jumlah materi yang diberikan pada aspek keterampilan bercerita lebih sedikit dari aspek keterampilan berbahasa yang lain, sehingga keterampilan bercerita agak dikesampingkan oleh guru.
Pembelajaran bahasa hendaknya dilaksanakan dengan efektif sehingga dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Bercerita merupakan salah satu pembelajaran bahasa yang perlu dilakukan secara efektif.  Menghadirkan metode maupun media dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam belajar.
Berbagai penelitian tentang pembelajaran  bercerita dan medianya sudah banyak dilakukan. Boneka digunakan sebagai media dalam pembelajaran bercerita karena mempunyai nilai kepraktisan. Siswa menceritakan suatu cerita dari sebuah cerpen, dongeng fabel, pengalaman pribadi, dan hasil dari sebuah pengamatan maupun kunjungan dengan menggunakan media boneka. Boneka yang digunakan sebagai media bercerita dalam penelitian  ini adalah Botalu Lucu (Botalu). Keuntungan menggunakan boneka adalah efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan, tidak memerlukan keterampilan yang rumit, dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana gembira (Daryanto, 2010: 33).
Media Botalu dipilih dalam pembelajaran bercerita karena dalam bercerita siswa harus mempunyai ide atau bahan cerita, keberanian, penguasaan bahasa, dan ekspresi. Media Botalu cocok digunakan dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Penggunaan media Botalu dapat menjadi alternatif sekaligus inovasi bagi guru dalam menumbuhkan siswa dalam bercerita. Media Botalu sangat menarik bagi siswa karena dengan Botalu siswa dapat termotivasi untuk berimprovisasi. Berimprovisasi baik dari segi kebahasaan maupun nonkebahasaan, sehingga siswa terampil bercerita dengan menampilkan karakter tokoh tertentu sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Botalu mampu mengembangkan minat siswa agar belajar dalam bercerita. Boneka dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya.
Alasan  tersebut sesuai dengan uraian Tompkins dan Hoskisson (1995: 174) yang menyatakan bahwa boneka sederhana yang disediakan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya. Boneka-boneka itu dapat digunakan tidak hanya dalam aktivitas drama, tetapi juga sebagai suatu cara untuk mengembangkan keterampilan bahasa. Selanjutnya, dikatakan pula bahwa boneka itu secara khusus dapat digunakan oleh anak-anak pemalu untuk menumbuhkan keberanian berbicara. Jadi, dengan boneka-boneka tersebut, siswa mengembangkan keterampilan bercerita dan berkreasi memerankan tokoh tertentu sesuai dengan boneka yang digunakannya.




A.    Ide Dasar Media Botalu
Ide dasar inovasi ini adalah teori Behaviorisme (Schunk, 2007 : 57) yaitu suatu pandangan mengenai perilaku belajar yang intinya menekankan pada peniruan model. Titik pusat kegiatannya yaitu pada proses pemantapan latihan untuk membentuk kebiasaan. Kebiasaan inilah yang oleh Skinner disebut bersifat mekanistik dan memenuhi kriteria fisika.
Menurut pandangan kaum behavioris (Schunk 2007 : 57) bahwa suatu kebiasaan terbentuk manakala suatu jawaban (response) terhadap ransangan (stimulus) secara konsisten diberikan penghargaan (reward). Dengan kata lain, suatu perilaku akan muncul apabila didahului oleh stimulus, dan dapat diperkuat, dibiasakan, dengan memberi penguatan (reinforcement). Dengan demikian, teori behavioristik secara prosedur meliputi tiga tahap yaitu stimulus, response, dan reinforcement, yang dalam psikologi behaviorisme disebut pembiasaan yang membuahkan hasil (operant conditioning).
Berdasarkan landasan teori tersebut, Skinner (dalam Schunk 2007 : 58) menyimpulkan bahwa tugas para pembelajar harus diatur sedemikian rupa sehingga mereka memiliki peluang yang besar untuk memberi respons yang benar.  Oleh karena itu, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sangat tepat untuk memaknai adanya stimulus dan respons dalam berbahasa.
Hal senada diungkapkan oleh Iskandarwarssid & Dadang (2009: 240) strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulus-respon. Selama kedua variabel ini dikuasai oleh pembicara, maka ia dapat dikategorikan memiliki kemampuan berbicara. Perkembangan pembelajaran berbicara masih mempertahankan pola stimulus-respons meskipun dengan modifikasi model yang variatif.
Dengan demikian, belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara stimulus dan respons. Stimulus yaitu penyebab belajar, agen-agen lingkungan yang bertindak terhadap suatu organisme, yang menyebabkan organisme itu memberikan respons tertentu. Sementara itu, respons merupakan akibat atau efek yang merupakan reaksi-reaksi fisik suatu organisme terhadap stimulus, baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Keterampilan bercerita merupakan bagian dari pembelajaran berbahasa. Dengan menggunakan landasan teori Behaviouristik tugas para pembelajar harus diatur sedemikian rupa sehingga mereka memiliki peluang yang besar untuk memberi respons yang benar. Dengan memberikan stimulus pembelajaran yang menarik khususnya dalam keterampilan bercerita maka siswa akan merespon materi tersebut dengan baik.
 Salah satu menstimulus siswa dalam pembelajaran keterampilan bercerita adalah dengan menggunakan media Boneka tangan lucu, disingkat Botalu. Dimana dengan media Botalu ini akan memberikan stimulus pengalaman belajar yang menyenangkan dan efektif dalam mengembangkan keterampilan bercerita bagi anak usia sekolah dasar.
Pembelajaran tersebut dikatakan efektif karena dengan pemberian stimulus berupa media Botalu maka akan tercipta suatu pembelajaran dengan suasana belajar yang kondusif dan komunikatif. Dengan demikian akan cepat direspon oleh siswa sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan mampu mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar tersebut. Pembelajaran keterampilan bercerita dengan media Botalu merupakan cara menampilkan cerita  dengan menggunakan   boneka. Pertunjukan dengan media Botalu memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk berbagai gagasan dan cerita lewat percakapan, disertai dengan gerakan boneka.
Media boneka merupakan stimulus yang efektif untuk pengajaran dalam mengembangkan perbendaharaan kata, melatih diri untuk mendengarkan dan berbicara.  Media tersebut akan merespon anak dengan lebih perhatian terhadap isi cerita. Dengan penggunaan media tersebut, pesan akan menarik perhatian siswa. Dengan demikian, Botalu merupakan bagian dari media pembelajaran bahasa yang salah satunya bermanfaat sebagai sarana atau alat bantu peningkatan keterampilan bercerita.
B.     Rancangan Media Botalu
Rancangan inovasi ini menggunakan boneka sebagai media dalam pembelajaran. Botalu adalah boneka yang digerakkan oleh tangan. Botalu lebih mudah dibuat dan lebih mudah dimainkan. Boneka yang dirancang mengambil karakter tokoh yang dekat dengan anak, berbentuk lucu dengan warna-warna yang menarik. Jadi Botalu (Botalu) merupakan boneka lucu dimana cara memainkannya dengan menggunakan tangan. Tangan kita masuk pada pakaian Botalu kemudian jari-jari memainkan kepala dan tangan dari boneka tersebut.
Proses pembuatan terhitung mudah khususnya bagi orang yang sudah menguasai teknik menjahit. Kerapian dalam menjahit akan menentukan hasil akhir dari proses pembuatan Botalu ini. Untuk membuat Botalu ini diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
1.         Kain
Untuk membuat Botalu, kita bisa menggunakan berbagai macam kain seperti, kain sutera, katun, kain flannel dll. Bahkan kita bisa menggunakan kain perca sisa-sisa kain yang sudah tidak terpakai. Hal ini tentu akan menghemat biaya dalam membuat botalu. Perlu di ingat kita harus pandai memilih dan menggnabungkan warna-warna kain tersebut sesuai dengan karakter yang ingin kita buat.

2.      Dacron atau Kapas
Dacron atau kapas digunakan sebagi bahan pengisi boneka, khususnya bagian kepala. Apabila Dacron atau kapas sulit kita temukan maka kita bisa juga menggunakan kain sebagai penggantinya.
3.      Assesoris
Untuk kesempurnaan Botalu di perlukan asesoris seperti mata, mulut, hidung, rambut dll. Asesoris ini akan memperindah dan menampakan sosok karakter dari boneka yang kita buat. Asesoris yang digunakan bisa kita buat sendiri ataupun kita beli. Dipasaran asesoris ini mudah ditemukan dan harganya juga murah.
Alat-alat yang digunakan untuk membuat botalu ini antara lain:
1.    Alat Jahit
Kita bisa menggunakan mesin jahit, atau menggunaan jahit tangan tergantung kesedian alat dan keterampilan kita memanfaatkan alat.
2.    Gunting
Gunting digunakan untuk memotong kain dan bahan bahan yang digunaka.
3.    Lem
Lem digunakan untuk menempelkan asesoris. Kita bisa menggunakan lem castol, lem, UHU, atau lem alteco  tergantung kesedian di pasaran.


4.    Cutter
Cutter digunakan untuk memotong bahan bahan yang tidak bisa kita potong dengan gunting.
5.    Alat ukur
Alat ukur yang kita gunakan bisa penggaris atau pita ukur.
6.    Pensil
Pensil kita gunakan untuk menggambar pola kain dikertas
7.    Kertas
Kertas digunakan untuk menggambar pola.
Langkah-langkah pembuatan botalu:
1.      Persiapkan bahan dan alat
2.      Bersihkan bahan bahan yang akan digunakan apabila dari bahan bekas pakai.
3.      Pilih kain yang cocok dengan karakter tokoh yang kita buat.
4.      Gambar pola boneka di kertas menggunakan pensil.
5.      Gunting kain sesuai pola yang kita buat.
6.      Kain yang sudah kita gunting sesuai pola boneka kemudian kita jahit.
7.      Isi kain dengan Dacron pada bagian kepala.
8.      Tempelkan  asesoris untuk menyempunakan botalu.




Mekanisme kerja dalam yang digunakan untuk mengimpelementasikan rancangan inovasi ini didasarkan pada pendapat Mildred ( 2009: 112), yang menyatakn langkah-langkah pembelajaran dengan  bermedia boneka adalah sebagai berikut.
Performing with puppets. Puppet stages are generally simple in the elementary classroom. Some possibilities are as follows:(1) a large appliance box or packing crate (2) a rectangular table (3) a door (4) a blanket.
Menurut cuplikan di atas langkah-langkah yang perlu dilakukan saat akan menampilkan cerita dengan boneka di sekolah dasar perlu dibutuhkan properti  sebuah kotak besar, meja persegi panjang, pintu, dan selimut. Guru  dapat membantu dengan memberikan arahan saat menampilkan pertunjukan dengan aturan yang sederhana.
Menurut Tompkins & Hoskisson (1995: 126 ) mengungkapkan mengenai penampilan pertunjukan adalah sebagai berikut.
They can perform the puppet show almost any place. They can make a stage from an empty television cabinet. They can also drape blankets or cloths in front of classroom tables and desks. They might also turn a table on its side. There may be other classroom objects your students can use as makeshift stages.
Kutipan di atas dijelaskan bahwa siswa dapat melakukan pertunjukkan dengan boneka hampir semua tempat. Mereka dapat membuat panggung dari sebuah kabinet televisi kosong. Mereka juga dapat menggantungkan selimut atau kain di depan meja kelas dan meja. Mereka juga mungkin mengubah tabel pada sisinya. Mungkin ada objek dikelas lainnya yang dapat digunakan sebagai perlengakapan dalam pertunjukan.
Langkah-langkah di atas digunakan sebagai gambaran dalam saat melakukan  menampilkan cerita dengan media Botalu yang akan diajarkan guru. Namun sebelum  menerapkan pembelajaran tersebut perlu dikaji terlebih dahulu SK dan KD yang sesuai. Keterampilan bercerita merupakan bagian dari keterampilan berbicara. Oleh karena itu, pengkajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar difokuskan pada keterampilan berbicara siswa Kelas V semester I. Standar Kompetensi untuk keterampilan berbicara siswa Kelas V Semester I adalah mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta  secara lisan dengan menanggapi suatu persoalan,  menceritakan hasil pengamatan, atau berwawancara. Sedangkan Kompetensi Dasarnya adalah menceritakan   hasil pengamatan atau kunjungan  dengan bahasa runtut, baik, dan benar. Berlandaskan kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diatas maka rancangan pembelajaran keterampilan bercerita yang akan digunakan untuk siswa kelas V semester I adalah menceritakan hasil pengamatan hewan dan tumbuhan.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas mengenai langkah-langkah bercerita dengan media boneka, maka peneliti memadukan langkah-langkah tersebut serta memodifikasi sendiri dengan disesuaikan kondisi siswa. Berikut langkah-langkah dalam pelaksanaan penampilan cerita dengan media Botalu.
1)      Guru menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran serta apersepsi yang terkait dengan subtema
2)      Siswa dibagi dalam kelompok (4-5 orang)
3)      Siswa dan guru mempersiapkan media dan perlengkapan yang akan digunakan dalam bercerita yaitu boneka, meja, kain penutup meja, musik instrumental, back ground gambar hewan dan tumbuhan yang diamati.
4)      Guru mengemukakan kalimat prolog sebelum adegan cerita dimulai dengan diiringi dengan musik pengiring sambil menyebutkan judul cerita sesuai materi pengamatan.
5)      Mengenalkan kenal tokoh Botalu satu demi satu.
6)      Setiap kelompok melakukan pertunjukan dengan media dan perlengkapan yang telah disediakan . Secara berkelompok siswa menceritakan secara bergantian sesuai materi yang diamati. Materi yang diamati tersebut diceritakan sesuai pembagian dialog dalam kelompok tersebut.
7)      Selanjutnya, siswa memulai adegan demi adegan yang diperankan oleh boneka tersebut secara bergantian, diiringi dengan musik pengiring. Ketika suatu adegan akan bergantian, diiringi dengan musik pengiring.
8)      Sementara itu, anggota kelompok yang lain menyimak.
9)      Ketika anggota kelompok telah menceritakan hasil pengamatan, akhiri kegiatan bercerita tersebut dengan mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut. Bisa juga meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut.
Demikian langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan dalam menerapkan media Botalu  pada keterampilan bercerita.


A.      Aplikasi Praktis dalam Pembelajaran
Penggunaan  Botalu sebagai media pembelajaran dalam bercerita memiliki manfaat yang luar biasa karena dengan media boneka dapat menarik perhatian, minat siswa, dan stimulus yang baik untuk bercerita. Media Botalu berfungsi untuk membantu siswa memperoleh kemudahan ketika bercerita, karena dengan bantuan boneka sebagai media akan membangkitkan ide-ide siswa yang tertuang dalam sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Mereka juga tidak akan canggung lagi bercerita karena menggunakan media Botalu mereka tidak bercerita langsung menghadapi siswa-siswa yang lain melainkan dengan media boneka mereka merasa menjadi tokoh dalam boneka tersebut.
Bercerita merupakan sebuah keterampilan. Keterampilan akan didapat apabila seseorang selalu melakukan praktik ataupun latihan. Begitu pula halnya dengan keterampilan bercerita siswa memerlukan sebuah latihan dan praktek agar berkembang dengan baik. Karena tanpa adanya latihan dan praktek maka keterampilan bercerita tidak akan dikuasai dengan baik.
Media Botalu dipilih dalam pembelajaran bercerita karena dalam bercerita siswa harus mempunyai ide atau bahan cerita, keberanian, penguasaan bahasa, dan ekspresi. Media Botalu cocok digunakan dalam pembelajaran keterampilan bercerita. Penggunaan media Botalu dapat menjadi alternatif sekaligus inovasi bagi guru dalam menumbuhkan siswa dalam bercerita. Media boneka sangat menarik bagi siswa karena dengan boneka siswa dapat termotivasi untuk berimprovisasi, baik dari segi kebahasaan maupun nonkebahasaan, sehingga siswa terampil berbicara dengan menampilkan karakter tokoh tertentu sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Boneka mampu mengembangkan minat siswa agar belajar dalam bercerita. Boneka dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya.
Alasan  tersebut sesuai dengan uraian Tompkins dan Hoskisson (1995: 174) yang menyatakan bahwa boneka sederhana yang disediakan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya. Boneka-boneka itu dapat digunakan tidak hanya dalam aktivitas drama, tetapi juga sebagai suatu cara untuk mengembangkan keterampilan bahasa. Selanjutnya, dikatakan pula bahwa boneka itu secara khusus dapat digunakan oleh anak-anak pemalu untuk menumbuhkan keberanian berbicara. Jadi, dengan boneka-boneka tersebut, siswa mengembangkan keterampilan berceritanya dan berkreasi memerankan tokoh tertentu sesuai dengan boneka yang digunakannya.
Hasil temuan penelitian dan analisis data sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, diperoleh bahwa penggunaan media Botalu menunjukkan ada pengaruh terhadap keterampilan bercerita siswa dibandingkan tanpa menggunakan media Botalu pada keterampilan bercerita siswa.
Ada faktor penyebab adanya pengaruh penggunaan media boneka terhadap ketermpilan bercerita siswa.  Faktor tersebut diantaranya bahwa dengan media Botalu dapat menstimulus anak dalam menyampaikan cerita dengan rasa senang dan dapat membangun rasa percaya diri. Media Botalu membantu siswa memperoleh kemudahan ketika bercerita karena dapat membangkitkan ide-ide siswa yang tertuang dalam sebuah cerita yang akan mereka ceritakan di depan kelas. Mereka juga tidak akan canggung lagi bercerita menggunakan media boneka karena mereka tidak bercerita langsung menghadapi siswa-siswa yang lain melainkan dengan media boneka mereka merasa menjadi tokoh dalam boneka tersebut.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEKNIK JIGSAW

BACAAN CERITA SEDERHANA MEMUDAHKAN ANAK BELAJAR MEMBACA

HADIRKAN HATI SAAT MENGAJAR