PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN TEKNIK JIGSAW

Pendidikan yang berkualitas sangat tergantung pada kemampuan suatu sekolah dalam mentransformasikan peserta didik untuk memperoleh nilai tambah. Baik yang terkait dengan aspek olah pikir, rasa, hati dan raganya.

    Guru adalah salah satu dari komponen pendidikan berperan besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru merupakan faktor  yang sangat penting dan strategis dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, karena guru merupakan tenaga yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

    Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks. Guru lebih banyak berhubungan dengan pola pikir siswa. Dimana setiap siswa adalah individu yang mempunyai karakter yang berbeda. Setiap siswa  memiliki pikiran dan tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di lingkungan keluarga, di sekolah, maupun di masyarakat.

    Peserta didik kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Sehingga pembelajaranya masih bergantung pada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I-III yang terpisah untuk setiap mata pelajaran, akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik. Oleh karena itu salah satu penerapan kebijakan pembelajaran adalah diberlakukannya pembelajaran tematik bagi siswa sekolah dasar kelas I,  II, dan III.
Hal tersebut sesuai dengan peraturan menteri  nomor 22 tahun 2006 yang menetapkan  bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas I, II, dan III menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI dengan pendekatan mata pelajaran.

Namun kenyataan dilapangan, begitu pembelajaran dengan pendekatan tematik disosialisasikan di sekolah-sekolah, maka terjadi suatu perdebatan dikalangan pendidik. Banyak diantara para pendidik bersikap pesimistis menanggapi hal tersebut. Tidak sedikit pula guru bingung mengimplemntasikan pembelajaran tematik yang digulirkan oleh pemerintah. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran yang selama ini dilaksanakan sudah baik dan berhasil meluluskan siswa-siswa yang berprestasi. Bahkan ada sebagaian sekolah yang tidak peduli dengan adanya tematik, yang terpenting bagi mereka telah mengajar siswanya dengan berhasil tanpa harus menggunakan pembelajaran pendekatan tematik. Boleh-boleh saja mereka berpendapat seperti itu, tetapi pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat sebuah inovasi dalam bidang pendidikan. Jika kita tidak merubah paradigma  tentang sesuatu yang baru maka dunia pendidikan di negara kita akan berjalan ditempat. Akan  terjadinya stagnasi dan tertinggal dengan negara lain.
Tambahan wawasan yang masih diperlukan  bagi guru saat ini adalah tentang  pembelajaran khususnya pembelajaran tematik  untuk siswa kelas 1, 2 dan 3 pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Keluhan yang yang sering muncul diberbagai kesempatan pertemuan dengan para guru, menggambarkan betapa guru belum banyak mempunyai bekal dalam strategi dan pendekatan pembelajaran tematik sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik. Dominasi guru sebagai pemberi ilmu dalam setiap kesempatan membuat siswa pasif dan kurang termotivasi. Untuk meningkatkan motivasi siswa  diperlukan pembelajaran tematik yang menyenangkan, realistis dalam kehidupan sehari-hari, mengaktifkan siswa, memberikan pengalaman-pengalaman belajar sehingga akan berdampak pada kretifitas siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Oleh sebab itu pembelajaran tematik yang dikemas dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan  perlu diwujudkan oleh guru agar siswa dapat mencapai standar kompetensi yang   diharapkan. Agar hal tersebut dapat terwujud, guru perlu dibekali dengan berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman, serta pemahaman tentang materi dan media yang mendukung.

Guru dituntut harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan belajar bagi siswa. Disamping itu dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran tematik pada siswa kelas I, II, dan III sesuai dengan tahap perkembangan dan kondisi siswa. Ciri utama dari perkembangan anak sekolah dasar adalah pemikiran mereka masih bersifat holistik (melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan), perkembangan anak bersifat terpadu. Aspek perkembangan yang satu masih terkait erat antara yang satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Perkembangan fisik tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional, demikian juga sebaliknya. Perkembangan anak akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungan kesehariannya, mulai dari lingkungan yang terdekat ke lingkungan yang semakin jauh, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terrpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapakan akan memberikan banyak keuntungan. Siswa mudah memusatkan perhatian pada tema tertentu. Mudah mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi siswa. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan  dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain. Dengan pembelajaran tematik guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayakan.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari  dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotri para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
1.    siswa dikelompokkan antara 4 – 5 orang, kelompok ini disebut kelompok asal
2.    setiap siswa dalam kelompok diberi materi yang berbeda;
3.    setiap siswa membaca tugas bagiannya;
4.    siswa yang memiliki nomor sama berkumpul dalam satu kelompok sebar (kelompok ahli);
5.    semua siswa kembali ke kelompok semula ke kelompok asal;
6.    secara bergantian siswa mempresentasikan hasil jawaban tim ahli kepada teman lain dalam kelompoknya dan semua temannya mencatat;
7.    setiap siswa memiliki catatan hasil presentasi temannya dan membuat laporan untuk diserahkan kepada guru.

Pada pembelajaran tematik dengan teknik jigsaw ini guru menyesuaikan materi yang diajarkan. Materi dari beberapa mata pelajaran dipadukan dan dikemas dalam pembelajaran tematik.  Jika guru dalam menerapkan pembelajaran tematik dengan teknik jigsaw dengan benar, maka pembelajaran lebih bermakna, suasana kelas hidup, siswa termotivasi untuk belajar dan hasil belajar siswa akan meningkat. Hal tersebut karena proses pembelajaran dilakukan dengan suasana yang menyenangkan. Siswa belajar tanpa ada tekanan dan prosesnya seperti anak bermain. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Pembelajaran tematik dengan teknik jigsaw dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Sudah saatnya kita sebagai guru mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran di sekolah, model pembelajaran tematik dengan teknik jigsaw perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran, sekolah dan guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih termotivasi untuk belajar dan berpikir. Dengan berbagai manfaat yang positif maka diharapkan penerapan pembelajaran tematik dengan teknik jigsaw akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar siswa dan dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BACAAN CERITA SEDERHANA MEMUDAHKAN ANAK BELAJAR MEMBACA

HADIRKAN HATI SAAT MENGAJAR