PERBEDAAN USIA BERPENGARUH PADA KESIAPAN BELAJAR SISWA DI KELAS 1 SEKOLAH DASAR
Ketika pengumuman penerimaan calon peserta didik baru kelas 1 di sekolah dasar terpampang, maka akan terlihat urutan ranking anak berdasarkan urutan umur. Calon peserta didik yang tertua akan tercantum pada ranking paling atas kemudian ditulis dibawahnya peserta didik yang lebih muda, sampai ranking terakhir adalah calon peserta didik yang termuda.
Seleksi penerimaan peserta didik di sekolah dasar berdasarkan umur tersebut disesuaikan dengan kesiapan belajar siswa di kelas 1 sekolah dasar. Hal ini berkaitan dengan kondisi psikis peserta didik dimana pada umumnya peserta didik yang telah mencapai umur 7 tahun keatas akan lebih siap menerima pelajaran dengan materi yang diberikan di kelas 1 sekolah dasar. Selain itu peserta didik pada rentang usia tersebut lebih mudah untuk dikondisikan. Guru dalam mengelola kelas akan lebih mudah, karena anak tersebut sudah bisa diajak duduk, memperhatikan, memahami situasi, dan lebih mudah untuk menerima pelajaran.
Ada sebagian sekolah yang melakukan seleksi penerimaan peserta didik melalui tes membaca dan menulis. Hal tersebut sebenarnya tidak dibenarkan, karena syarat untuk pendaftaran dan seleksi peserta didik adalah apabila umur anak minimal sudah 7 tahun. Bukan karena anak tidak bisa membaca dan menulis maka anak tersebut tidak bisa sekolah. Hal tersebut akan merugikan bagi calon peserta didik dan dapat berpengaruh pada keadaan mental anak. Anak bisa minder karena dia merasa bodoh belum bisa membaca dan menulis, maka dia tidak diterima di sekolah “A”.
Pada kenyataannya dilapangan rata-rata anak yang berusia 7 tahun keatas lebih siap untuk belajar. Mereka lebih mudah diatur, dikondisikan untuk belajar, dan siap menerima materi belajar. Meskipuan ada juga anak belum genap usia 7 tahun telah siap belajar dan lebih siap secara psikis. Namun rata-rata anak yang belum genap usia 7 tahun secara psikis belum siap untuk belajar di sekolah dasar.
Sekolah yang menerima calon peserta didik lebih dari 1 rombel kemudian pembagian kelasnya berdasarkan umur, maka akan terbagi kelas dengan umur lebih tua dan umur lebih muda. Jika kelas tersebut diadakan sebuah pembelajaran, maka akan terlihat kelas yang dengan ranking umur lebih tua akan lebih siap mengikuti pembelajaran di kelas. Kelas dengan peserta didik yang belum genap berusia 7 tahun rata-rata akan lebih sulit untuk diatur. Mereka lebih suka jalan-jalan pada waktu pelajaran dan tidak mau diam. Lebih suka bermain ketimbang disuruh duduk manis menulis, dan mereka masih belum memahami betul tentang suatu pembelajaran di kelas. Anak-anak tersebut masih terbawa dengan sikon pada waktu di taman kanak-kanak. Mereka belum siap untuk duduk lebih tenang memperhatikan guru dalam menerima pelajaran.
Hal tersebut karena secara psikis anak memang belum siap untuk belajar dengan materi di kelas 1 sekolah dasar. Meskipun jika dipaksakan dan lambat laun anak tersebut bisa mengikuti pembelajaran, namun hal tersebut kurang baik untuk mental anak. Anak bisa bosan untuk belajar dan malas sekolah karena di sekolah anak kurang bebas bermain. Dan pada akhirnya anak akan menjadi tidak senang belajar, karena mereka harus dipaksakan untuk belajar padahal keadaan jiwanya masih ingin bermain bebas tanpa harus banyak aturan.
Akan lebih baik jika orang tua murid lebih bersabar dan memperhatikan psikis buah hati mereka. Dengan menyekolahkan anaknya apabila sudah saatnya mereka siap belajar di sekolah dasar yaitu ketika anak sudah menginjak umur 7 tahun. Dengan demikian anak akan lebih siap secara psikis untuk belajar.
Saya mendukung buah pemikiran ibu Siti..
BalasHapusBerdasarkan pengamatan saya pribadi selama kurang lebih tujuh tahun mengajar di tingkat SD, anak murid saya yang mempunyai kemampuan berimbang antara kemampuan akademik dan sosialnya adalah anak yang usianya 7 tahun ketika mereka duduk di kelas 1 SD. Anak murid yang usianya di bawah 7 tahun ketika mereka duduk di kelas 1 SD bisa jadi mempunyai potensi kemampuan akademik yang baik tetapi mempunyai kemampuan sosial yang kurang baik. Mereka belum menunjukkan kematangan tingkah laku, belum mempunyai "self-management", dan belum mampu mengendalikan emosi dengan baik terutama anak murid laki-laki. Mereka belum menunjukkan tingkat kematangan kemampuan sosial yang seharusnya mereka punyai ketika mereka duduk di bangku kelas 1 SD. Anak murid laki-laki cenderung lebih susah untuk menunjukkan kemampuan sosial yang baik karena mereka mempunyai kemampuan motorik yang lebih daripada anak murid perempuan. Kemampuan motorik yang lebih membuat anak murid laki-laki cenderung lebih suka bermain daripada belajar.
Blog yang bagus, saya setuju dengan bu...memang umur sanagt berimbang sekali terhadap kematangan siswa dalam belajar.Ibarat buah, jangan sampai kita mengkarbit buah. yang akhirnya cuma busuk atau matang sebelum waktunya......Tetap semangat dan terus berkarya bu...
BalasHapus